Minggu, 26 Maret 2017

Kisah Miris dan Heroik Komodor Dewanto, Pilot Terbaik TNI AU yang Banting Stir Jadi Sopir Truk

IKLAN ATAS
IKLAN TENGAH
Apron Liang, 18 Mei 1958. Kapten Udara Ignatius Dewanto tengah bersiap di kokpit P-51 Mustang. Pagi itu, dia ditugaskan menyerang pangkalan udara Aurev (Angkatan Udara Revolusioner, AU Permesta) di Sulawesi Utara.

Saat itulah, hanya beberapa saat sebelum Dewanto take off menuju Manado, sebuah berita memaksanya membatalkan serangan ke Manadodan harus mengarahkan pesawat ke Ambon karena kota tersebut dibom oleh B-26 Invader Aurev.
 
Ketika di udara, Dewanto mendapatkan Ambon mengepulkan asap di mana-mana. Puing-puing berserakan, menandakan baru saja mendapat serangan udara. Berputar sejenak, B-26 tak kunjung terlihat.

Pesawat kemudian diarahkannya ke barat. Ferry tank dilepas untuk menambah kelincahan pesawat. Dewanto terbang rendah. Berbarengan saat pandangannya tertumbuk ke konvoi kapal ALRI, sekelebat dilihatnya pesawat B-26.

Pesawat tersebut ternyata tengah melaju ke arah konvoi kapal. Dewanto terbang mengejar dan beruntung bisa menempatkan diri persis berada di belakang B-26. Walau sempat ragu karena posisi musuh tepat antara kapal dan dia,

Dewanto langsung melontarkan roketnya dan tembakan senapan mesin 12,7 mm pesawatnya.
Saat bersamaan, KRI Sawega, salah satu kapal dalam konvoi kapal ALRI, juga menembakkan senjatanya: Bofors, Oerlikon 12,7 mm, Water Mantle 7.62mm. Alhasil, B-26 yang diterbangkan seorang serdadu bayaran bernama Allen Lawrence Pope beserta juru radio Hary Rantung (bekas AURI), terbakar dan tercebur ke laut.

Bagi Dewanto, ketegangan belum berakhir. Saat dalam perjalanan pulang, Dewanto berpapasan dengan B-26 lainnya. Head on attack perang udara berhadap-hadapan tak terelakkan.

Dengan beraninya Dewanto menghujani B-26 yang diterbangkan Connie Seigrist, penerbang berkulit putih, dengan senapan mesinnya. Tidak ada pesawat yang jatuh dalam pertempuran udara kali ini, tapi kedua-duanya mengalami kerusakan pesawat yang cukup signifikan akibatnya.

Sekelumit kisah menegangkan yang dilansir dari wikipedia ini menggambarkan saat-saat Komodor Dewanto menembak pesawat Agen CIA saat operasi penumpasan PRRI-Permesta.

Bagi kita nama Komodor Dewanto mungkin tidak terlalu familiar. Siapa dia dan apa kiprahnya, mungkin tak banyak yang tahu. Tapi, bagi mereka yang berada di TNI AU, nama pria ini sudah seperti sosok hebat macam Bung Karno. Bagaimana tidak, ia adalah salah satu pilot terbaik yang pernah dimiliki oleh NKRI.

Komodor Ignatius Dewanto (lahir di Yogyakarta, Indonesia, 9 Agustus 1929 — 1970) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ignatius Dewanto lahir dari pasangan penganut Katolik yang taat, M. Marjahardjana dan Theresia Sutijem di Kalasan, Yogyakarta. Pemilik 16 Bintang Jasa ini, namanya diabadikan menjadi nama Auditorium "Graha Dewanto" di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun. Dan beliau berhak menyandang gelar "ACE".

Di masa hidupnya dulu sang Komodor sukses mencatatkan hal-hal luar biasa yang tak semua penerbang bisa. Termasuk salah satunya adalah membuat pesawat CIA tersungkur lantaran bidikannya lewat pesawat Mustang. Tak hanya itu, ia pun tercatat memiliki jasa-jasa penting lainnya sehingga namanya pun semakin disebut-sebut.

Sayangnya, pada satu waktu, sang Komodor harus rela melepas semua atribut kebanggaan miliknya. Kemudian ia pun langsung banting setir menjadi supir truk. Sebuah hal yang sangat disayangkan tentu saja. Tapi, kemudian hidupnya membaik walau pada akhirnya ia meninggal dengan kecelakaan.

Awal Karir Militer
Dewanto memulai karir militernya dengan bergabung bersama Tentara Pelajar (TP) dalam kesatuan Slamet Riyadi. Sejak bergabung, karirnya melonjak cukup pesat sehingga ia dipercaya sebagai kepala regu.

Selanjutnya Dewanto dipindahkan ke Semarang, dan pada saat ada pengumuman penerimaan Staf Angkatan Udara, pria kelahiran 1929 itupun mendaftar. Setelah bergabung dengan AURI pada 25 Juli 1950, ia dikirim ke Amerika Serikat menjadi Cadet di sekolah penerbangan bernama Trans Ocean Airlines Oakland Airport.

Setelah lulus, Dewanto melanjutkan dinas sebagai instruktuktur di Sekolah Penerbangan lanjutan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Berhasil Menembak Pesawat Pilot Bayaran CIA
Pilot yang biasa disapa Wedono oleh presiden Soekarno (karena kumisnya lebat) ini, banyak dikenal setelah menembak jatuh pesawat B-26 yang dipiloti orang bayaran CIA di langit Ambon. Memang keahliannya dalam menerbangkan pesawat pemburu P-51 Mustang tidak pernah diragukan. Bahkan Dewanto sering disebut-sebut sebagai pilot terbaik Angkatan Udara. Semasa karirnya dalam menjadi pilot, Dewanto terkadang sengaja menerbangkan Mustang dengan ketinggian sangat rendah tanpa rasa takut.

Mencegah Perang Saudara (TNI AU dan RPKAD)
Selain keahliannya dalam menerbangkan pesawat, kemampuan diplomasi Dewanto pun tidak bisa dipandang remeh. Kemampuannya dalam bernegosiasi itulah yang kemudian dapat mencegah pecahnya pertempuran antara TNI AU dan RPKAD yang hendak memasuki Lanud Halim Perdanakusuma.

Mundur TNI AU Menjadi Sopir Truk
Setelah banyak hal yang dialaminya dalam mengawal negeri tercinta Indonesia, hal yang tak disangka-sangka terjadi. Tanpa ada alasan yang jelas, Dewanto dipaksa untuk mundur dari jabatannya sebagai perwira tinggi TNI AU. Hal ini terjadi saat terjadinya perubahan politik di era 1965, di masa pemerintahan presiden Soeharto. Tak lama sejak kemundurannya dari TNI AU, Dewanto menyambung hidup dengan menjadi sopir truk pengangkut buah dan sayur-mayur. Sangat disayangkan, seorang penerbang terbaik sekaligus Marsekal TNI AU harus menjadi sopir truk.

Meninggal saat Menjalankan Profesi Kebanggaannya
Selepas menjadi sopir truk, Dewanto kembali bekerja sebagai pilot pesawat sipil di Sabang Merauke Raya Air (SMAC). Dan pada sebuah penerbangan dari Medan ke Aceh, pesawat PA-23 Aztec yang diterbangkannya mengalami kerusakan mesin dan jatuh. Seluruh awak pesawat meninggal, termasuk dirinya. Sampai di hari terakhir kehidupannya, ia habiskan untuk menerbangkan pesawat. Sebuah hal yang amat dicintainya.

Jenazah Dewanto baru ditemukan delapan tahun setelah kecelakaan pesawat itu. Dan atas perintah dari presiden Soeharto, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selain itu, namanya diabadikan menjadi nama Auditorium di Pangkalan Udara Iswahyudi Madiun.(wikipedia/boombastis.com)
IKLAN BAWAH

Related Posts

Kisah Miris dan Heroik Komodor Dewanto, Pilot Terbaik TNI AU yang Banting Stir Jadi Sopir Truk
4/ 5
Oleh